Selasa, 10 November 2015




Perencanaan Persalinan (Brith Plan )

Nama : Yuliana Zahra 
NIM : 065.01.01.14
Dianjurkan untuk memenuhi
 tugas Asuhan Persalinan .
Sebagai tugas Ujian Ahir Semester.
Dosen : Moudy  E.U Djami,MMpd ,MKM,M.Keb.
AKADEMI KEBIDANAN BINAHUSADA TANGERANG
TAHUN 2015



Sebuah rencana  kelahiran dapat bermanfaat bagi klien dan pasangannya, dan sering membuktikan tak ternilai harganya pada harinya. Rencana persalinan akan membantu klien dan pasangannya siap untuk proses melahirkan. Rencana kelahiran ini juga bermanfaat ketika datang untuk berurusan dengan penyedia layanan kesehatan. Dengan menyiapkan rencana persalinan, Klien akan lebih mampu mengungkapkan kepada dokter dan bidan apa yang klien inginkan untuk persalinannya. Birth Plan atau perencanaan persalinan adalah suatu bentuk konsep atau program yang sesuai dengan filosofi kebidanan.

Dengan perencanaan persalinan  ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan selain itu, ibu puas karena sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan harapan ibu dan tanpa intervensi dari pihak luar. Kepada bidan untuk mulai melaksanakan pembuatan birth plan karena persalinan yang terencana akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak terencana. Biarkan persalinan yang spektakuler akan tetap spektakuler dan peristiwa fantastis yang indah untuk dikenang.

PENJELASAN
Perencanaan Persalinan adalah suatu bentuk konsep atau program
yang sesuai dengan filosofi kebidanan.Adapun filosofi kebidanan 
yang sesuai
yaitu:
  

1.      Pada Perencanaan Persalinan 
 adalah menitikberatkan pada hal-hal yang bersifaTalami,normal dan natural.  Birth plan menghindari adanya intervensi pada ibu dalam melewati persalinannya.  Sebelum dilakukan pembuatan Birth Plan ibu- ibu diinformasikan terlebih dahulu hal- hal yang bersifat normal dan alami serta buktibukti ilmiah dari suatu tindakan. Ibu- ibu merencanakan persalinannya yang akan dilaluinya bersifat normal, dan alami tanpasintervensi dari luar.Perencanaan persalinan yang utamanya bukanlah pada
“pilihan” tetapi pada konsep normal dan natural.
Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu proses yang alamiah sehingga tidak perlu dilakukan intervensi tetapi yang perlu dilakukan adalah mendukung dengan merencanakan agar hal- hal yang bersifat normal dan alamiah itu tetap berjalan sebagaimana mestinya.Persalinannya dapat dilakukan oleh semua wanita secara alami kecuali jika terjadi suatu keadaan yang patologi sehingga persalinan tidak bisa dilakukan pervagina tapi melalui tindakan seperti forsep,vaccuum dan SC,tetapi selanjutnya semuabisa tetap dilakukan secara normal.

Contohnya
Post SC, Ibu bisa tetap menyusui bayinya, ibu bisa roomingin dgn bayinya.Konsep normal dan natural Child birth pada perencanaan persalinan ini  adalah mengoptimalkan fungsi anatomi dan fisiologi tubuh ibu terutama organ reproduksinya serta dukungan baik dari bidan maupun lingkungan 
sekitar sehingga ibu bisa melewati persalinannya dengan kekuatannya sendiri  tanpa intervensi dari penolong, tanpa obat- obatan.  Semuanya dilakukan dengan alami. Pada isi birth plan semuanya merupakan konsep yang alami yaitu pada kala I. 
Asuhan pada kala I, pergerakan atau mobilitasnya bagaimana?  Sesuai konsep alami pergerakan ibu tidak boleh dibatasi. Penggunaan pain relief seperti penggunaan aromaterapi/ obat herbal /
homeopati. Ini sesuai dengan konsep normal dan natural childbirth karena tidak dilakukan intervensi semuanya mengoptimalkan fungsi anatomi dan fisiologi tubuh ibu sendiri. Pendampingan persalinan sesuai dengan konsep normal dan natural childbirth karena dengan pendampingan persalinan dapat memberikan pengaruh psikologis kepada ibu sehingga ibu semangat sehingga persalinan dapat berlangsung dengan normal.

Nutrisi dan hidrasi pada kala I,merupakan konsep alami dengan pemberian nutrisi dan hidrasi tubuh ibu menjadi kuat sehingga ibu memiliki tenaga mengedan sehingga ibu mampu melahirkan dengan normal dan alami.  Pada saat kala 2, posisi ibu melahirkan sesuai dengan konsep normal dan natural
childbirth karena dengan pemilihan posisi persalinan memudahkan ibu dalam proses persalinan. Amniotomi atau tidak, konsep alami tidak dilakukan amniotomi.Ketuban dibiarkan pecah sendiri. Tidak diepisiotomi kecuali jika ada indikasi. Episiotomi merupakan salah-satu bentuk intervensi yang melanggar dari konsep normal dan natural childbirth. Persalinan itu dapat berlangsung dengan normal tidak diperlukan suatu intervensi kecuali ada indikasi.

Inisiasi Menyusui Dini juga merupakan konsep normal and natural child birth karena dengan IMD mengoptimalkan fungsi menyusui ibu dan bayi memulai proses menyusui secara dini. Pemilihan tidak dilakukan penjahitan kecuali jika robekannya luas dan banyak perdarahan tetapi jika derajat satu dan dua yang tidak luas dan tidak banyak darah tidak perlu dilakukan penjahitan. untuk kala 3, ibu menginginkan dengan pendekatan fisiologis kala 3. Bidan mendukung ibu, dan memberikan informasi kepada ibu bagaimana proses fisiologis kala 3. Bidan tidak melakukan manajemen aktif kala 3 tetapi menunggu sampai plasenta lahir sendiri, untuk oksitosin bidan tidak perlu memberikan
oksitosin tetapi bidan melakukan inisiasi menyusui dini dimana dengan IMD .dapat merangsang pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Dilakukan rooming-in biar ibu bisa lebih mudah memberikan ASI dengan bayinya selain itu. Bayi bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya yaitu ASI dan
kedekatan emosional antara ibu dan bayi. Konsep normal and natural childbirth pada pembuatan birth plan ini dapat terlaksana jika ibu memiliki pengetahuan tentang fisiologi kehamilan, persalinan dan nifas serta bidannya memegang teguh filosofi normal and natural childbirth tersebut. Jika bidan tidak memegang teguh filosofi tersebut maka, akan banyak terjadi intervensi dalam persalinan tersebut dan
maka, akan bertentangan dengan konsep normal and natural childbirth.sehingga tujuan pembuatan birthplan tidak terlaksana.

2 .Women Center Care
Perencanaan Persalinan  adalah suatu perencanaan persalinan  yang isinya sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan ibu karena yang membuatnya adalah ibu sendiri bidan hanya memfasilitasinya saja.Persalinan adalah milik ibu, tubuh ibu sendiri dan bayi ibu sendiri. Jadi, yang paling berhak dan paling tahu akan kebutuhannya adalah ibu itu sendiri. Isi Rencana tersebut dibuat disesuaikan dengan apa saja yang ibu inginkan,butuhkan dalam melewati persalinannya tersebut, sehingga persalinan tersebut dapat dilewati ibu dengan aman dan memuaskan bagi ibu karena sesuai dengan harapannya. Persalinan adalah suatu hal yang paling fantastis dan spektakuler dalam kehidupan seorang wanita. Hal tersebut dapat terjadi jika ibu dapat melewatinya sesuai dengan apa yang direncanakannya.
Contohnya: 
didalam perencanaan persalinannya ibu menginginkan untuk pendampingan persalinan. Bidan yang mengetahui rencana ibu tersebut dapat membantu memfasilitasinya dengan melakukan pendampingan persalinan pada ibu tersebut sesuai dengan pendamping yang dipilihnya. Dengan dilaksanakannya pendampingan tersebut maka, dapat menimbulkan kepuasan pada ibu karena sesuai dengan rencana yang telah dibuatnya. Tidak semua ibu mengetahui apa kebutuhannya, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu. Bidan sangat berperan dalam memberikan pengetahuan kepada klien shg klien menjadi tahu apa yang dibutuhkannya tidak pasrah menerima saja apa yang diberikan oleh petugas.Bidan dapat menginformasikan perubahan- perubahan apa saja yang dialaminya pada saat kehamilan, persalinan dan nifas. Terutama pada saat persalinan serta ketidaknyamanan yang dialaminya pada saat persalinan dan nifas sehingga ibu memiliki kekuatan baik fisik dan emosi untuk mengontrol situasi dan kondisi dalam persalinannya.


 3. Continuity Of Care
Filosofi ini diterapkan dalam perencanaan persalinan dari mulai perencanaan, isi dan pelaksanaannya. Mulai perencanaan pembuatan birth plan dimana, untuk pembuatan  birth plan ini tidak hanya satu kali tetapi dimulai dari pertama kali ibu mengetahui bahwa dia hamil. Pada setiap kunjungan, bidan memberikan informasi kepada ibu semua hal yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Bidan juga mendidik ibu secara terus- menerus dan berkelanjutan dalam pembuatan birth plan. Proses pembuatan birth plan tidak hanya satu kali tetapi berlangsung secara terusmenerus atau continue karena tidak bisa 1 kali jadi tetapi harus berkelanjutan. Isi dari birth plan juga merupakan bentuk dari asuhan  yang berkelanjutan. Pada perencanaan dibuat dari mulai ibu datang, kala I bagaimana asuhannya,mobilisasinya,pengurangan rasa nyeri, nutrisi dan hidrasi,lingkungan sekitar, pendampingan persalinan, posisi karena pada saat kala I atau kala pembukaan ibu merasakan nyeri karena  kontraksi uterus dimana pada setiap kala dalam persalinan berbeda- beda jadi membutuhkan 
asuhan yang berbeda juga pada setiap Pada kala II perencanaannya waktu mengedan, cara mengedan, perlu direkam atau tidak, setelah itu IMD, nutrisi dan hidrasi, posisi persalinan, tidak dilakukan episiotomi, tidak dilakukan penjahitan. Bidan meneruskan asuhannya sesuai dengan apa saja yang terjadi pada kala II, kebutuhan ibu kala II. 
Asuhan pada kala I akan berbeda dengan asuhan kala II. Pada kala III MAK3 atau fisiologis, perawatan plasentanya. Bidan memberikan asuhan pada kala 3 sesuai dengan apa saja yang dibutuhkan pada kala 3 dan perubahan apa saja yag terjadi pada kala 3 pada saat fase pengeluaran plasenta. Pada kala IV fase pengawasan. Asuhan yang diberikan pemberian nutrisi dan hidrasi, bounding attachment, istirahat, rooming-in dan pemberian ASI. Dimana pada kala IV ibu merasa senang karena dia sudah melewati proses persalinan selain itu ibu juga merasa lelah .
Jadi, asuhan yang diberikan pada ibu sesuai dengan kondisi ibu. Dimana pada kala IV bidan memantau kondisi ibu, adakah perdarahan, ada luka, vital sign, kontraksi uterus. sampai pulang dan selama nifas. Pada birth plan terdapat rencana- rencana ibu dalam melewati semua proses tersebut. Rencana- rencana pada setiap proses tersebut perlu dibuat karena setiap proses terjadi perubahanperubahan yang berbeda dan memerlukan asuhan yang berbeda.

4 .Empowering Women
Birth Plan adalah suatu potret gambaran kemampuan ibu dalam menentukan pilihan- pilihan, keinginan dan harapannya dalam melewati persalinannya sehingga menjadi spektakuler dan 
begitu indah untuk dikenang. Tidak semua wanita bisa membuatnya dan tidak semua bidan
bisa memfasilitasinya. Oleh karena itu, bidan dan ibu harus sama- sama memiliki pemberdayaan empowering women”. Pada Birth Plan wanita harus sudah diberdayakan sejak awal karena tanpa
pemberdayaan wanita tidak bisa mengambil keputusan, tidak berani memilih, serta tergantung pada suami, keluarga serta tenaga kesehatan. Wanita tidak mampu membuat perencanaan Metode penghilangan rasa nyeri membuat ibu merasa percaya diri bahwa dia mampu melewati persalinannya
walaupun dia merasakan nyeri. Pendampingan persalinan, memberikan ibu efek psikologis dan dukungan sehingga ibu merasa percaya diri untuk melewati persalinannya.

Pada kala 2, tidak dilakukannya episiotomi membuktikan bahwa ibu percaya diri dapat melewati persalinannya tanpa harus dilakukan episiotomi. Posisi pada saat kala 2. Posisi mana yang ibu merasa mampu untuk melakukannya. Pada saat mengedan ibu merasa percaya diri tanpa harus dipandu oleh bidannya. IMD, menunjukkan bahwa ibu mampu untuk melakukan IMD walaupun dia baru
melakukan proses persalinan tetapi ibu percaya diri untuk melakukannya.

Pada kala 3 ibu memiliki power bahwa dia bisa secara fisiologis dengan melakukan IMD, ibu yakin bahwa tanpa MAK 3 dia bisa melewatinya karena dilakukan IMD sehingga tubuh mengeluarkan hormon oksitosin. Pada kala IV ibu merasa kuat dan mampu untuk memulai proses menyusuinya. Bounding attachment, serta rooming-in. Pada rooming-in ibu mampu untuk merawat bayinya serta melakukan fungsinya sebagai seorang ibu. Pemberian ASI , ibu memiliki power / kekuatan untuk memberikan ASI kepada bayinya dan yakin bahwa dia mampu untuk memberiak
ASI Eksklusif.


5. Informed Choice and Informed
Consent Birth Plan
Informed Choice and Informed Consent Birth Plan merupakan rencana yang disusun berdasarkan pilihan- pilihan yang dipilih oleh ibu sendiri. Bidan memberikan informasi dan pengetahuan semua hal tentang proses persalinan, menyusui dan nifas, komplikasi, adakah fasilitas yang mendukun untuk terlaksananya suatu pilihan, mampukah bidan untuk memfasilitasinya ? alternatif- alternatif jika
terjadi sesuatu di luar rencana? Setelah ibu yakin, dan percaya diri untuk memilih barulah disusun di dalam birth plan. Partisipasi aktif ibu dalam melakukan pilihan- pilihan dan birth plan harus ditingkatkankarena itu adalah pilihannya sendiri. Tidak ada yang lebih tahu kecuali ibu itu sendiri.
Bidan dan pasien harus meluangkan waktu untuk berdiskusi mengenai perencanaan persalinan. Apa saja yang diinginkan pasien dan bidan bisa tidak melaksanakannya. Bidan menjelaskan jika point-point yang dibuat pasien ada yang memang harus dilakukan atau tidak bisa tidak dilakukan. Sehingga pasien mengerti mengapa hal tersebut tetap dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan.

Contoh pasien menginginkan water birth padahal bidan tidak memiliki fasilitas tersebut. Hal ini dapat dibahas sejak awal bahwa tidak bisa melaksanakan hal tersebut. Jadi, ada alternatif- alternatif jika terjadi sesuatu di luar rencana. Jadi,Birth plan itu harus fleksibel disesuaikan dengankeadaan .
Posisi pada kala 1 yang ibu pilih apa? Pemberian hidrasi dan nutrisi apa saja yang dipilih oleh ibu. Pendampingan persalinan dengan siapa yang akan ibu pilih. Metode pengurangan rasa nyeri apa yang dipilih oleh ibu.
Pada kala 2. posisi persalinan yang mana yang ibu pilih. Memilih untuk mengedan sendiri tanpa dipandu. Memilih untuk tidak dilakukan episiotomi, memilih untuk tidak dilakukan amniotomi. Memilih untuk dilakukan penjahitan atau tidak pada luka derajat dua. Memilih untuk dilakukan
inisiasi Menyusui Dini atau tidak. Pada kala 3 memilih untuk dilakukan cara fisiologis bukan MAK 3. Pada kala IV untuk dilakukan rooming-in, pemberian nutrisi dan hidrasi, Memilih untuk ditemani baik oleh keluarga maupun bidannya. Memilih untuk pemberian ASI.

6. Women and Family Partnership
Pada pembuatan birth plan, bidan tidak hanya memberikan informasi dan mendidik ibu saja tetapi juga pasangannya, jadi disini perlu bermitra tidak hanya dengan ibu tetapi juga dengan suami. Isi dalam birth plan banyak terdapat bermitra dengan keluarga misalnya pendampingan persalinan, siapa yang dipilih ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Masage pada kala I, tidak hanya oleh
bidan tetapi juga suami dan keluarga. Pada pelaksanaannya, rencana tersebut tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh ibu dan bidan atau petugas tetapi membutuhkan bantuan dari suami, keluarga dan
masyarakat.

Contohnya: pada saat rujukan, dibuat rencana bahwa donor darah adalah anggota keluarga, suami atau salah-satu tetangga. Maka, tidak akan terlaksana jika mereka semua tidak mau mendonorkan darahnya kepada orang lain. Transportasi, di rencana adalah pak Andi ternyata, pak andi tidak tahu dan pada saat itu dia sedang keluar rumah tentu rencana tersebut tidak akan terlaksana.
Oleh karena itu, ketika birth plan dibuat, isinya dan pelaksanaannya dibutuhkan bantuan dan bermitra dengan keluarga dan masyarakat. Birth plan bisa dibagikan kepada orang yang terkait dengannya serta disosialisasikan sejak awal sehingga pihak terkait mengetahui dan mau membantu untuk terlaksananya rencana tersebut. Salah-satu yang bisa dilakukan bidan adalah pemberian informasi kepada suami, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk membantu. Serta mengadvokasi masyarakat agar dapat membantu telaksananya suatu perencanaan persalinan seorang wanita. Isi dari birth plan juga berkaitan erat dengan filosofi women and family partnership yaitu pada saat kala I mobilisasi dan posisi, suami dan keluarga dapat mendukung dan membantu ibu dalam melakukan posisi tersebut. Pendampingan persalinan harus bermitra dengan suami dan keluarga dalam melakukannya. Pengurangan rasa nyeri misalnya dengan masase punggung perlu bermitra dengan suami dengan keluarga untuk melakukan masase tersebut. Pada pemberian nutrisi dan hidrasi perlu dukungan dari suami dan keluarga misalnya dengan membantu menyuapi ibu. 

Pada kala 2 kehadiran suami dan keluarga dapat memberikan dukungan moril kepada ibu sehingga ibu mampu melewati persalinannya. Pada saat meneran,suami dan keluarga dapat memberikan support. Posis dalam meneran suami dan keluarga dapat membantu memegangi ibu. Pada saat IMD,
memberikan support dan membantu memeganginya karena ibu lelah pada saat persalinan jadi, eluarga membantu menjaganya.

Pada saat kala 3, membantu memberikan nutrisi dan hidrasi kepada ibu. Pada saat kala IV membantu menjaga ibu, rooming-in suami dan keluarga dapat membantu menjaga dan merawat bayi. Pemberian ASI memberikan dukungan dan membantu ibu dalam memberikan ASI.

Jadi dengan adanya pembuatan Perencanaan Persalinan sangat
bermanfaat dan merupakan penerapan dari filosofi kebidanan. 
Dengan perencanaan persalinan ibu lebih siap dalam menghadapi 
proses persalinan selain itu,ibu puas karena sesuai dengan keinginan, 
kebutuhan dan harapan ibu dan tanpa intervensi dari pihak luar.



DAFTAR PUSTAKA


1. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Juknis Jampersal.
Jakarta; 2011.

2. Dodwell M, Newburn M. Normal birth as a mesure of the quality of care. NCT;
2010.

3. Walsh D. Evidence-based care for Normal labour and birth: a guide for midwives. 
New York: Routledge; 2007.

4. Planning your baby’s birth [diakses tanggal 1 januari 2011]. Tersedia dari
http:// www. Baby centre.co.uk..

5. Birth Plan. [diakses tanggal 1 januari 2011]. Tersedia dari http://www.birthplan .com.

6. A birth plan helping you get the birth you want. [diakses tanggal 1 januari 2011]. 
Tersedia dari http:// Pregnancy
about. Com/ birthplans. Htm.

7. Kafman T, LCCE, CLD. Evolution of the birth plan. Journal of the perinatal
    education. 2007; 16(3): 47-52.

8. Magona H, Requjo J, Ocna MR, Cousins S, Filippi V. High ANC
coverage and low skilled attendance in a rural Tanzanian district a case for
implementing a birth plan intervention. BMC Pregnancy and child birth
2010;10:13.

9. Sham A, Chan L, Yiu KL, Ng CW, Ng J, Tang PL. Effectiveness of the use of
birthplan in Hongkong Chinese women: a qualitative exploratory reseach.
HongKong J Gynaecol obstet midwifery. 2007; 7:30-4.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=28&ved=0CFoQFjAHOBRqFQoTCO-i48-EhskCFQyTlAodnRgDGw&url=http%3A%2F%2Fjournal.mercubaktijaya.ac.id%2Fdownlotfile.php%3Ffile%3D6.pdf&usg=AFQjCNFJwFuNmwVwpYKxyDENBt00v8hNWw&sig2=EIf1OHM6yLgcGHL0jQm2IQ

1 komentar:

  1. Dear Zahra, lebih rajin belajar dan menulis ya, supaya tambah pinter, bisa lebih banyak berbagi dan membanggakan orang tua dan dosennya. Nanti kita sama2 belajar lagi cara menulis artikel ilmiah yang benar. Tetap semangat, hindari plagiat.... God bless

    BalasHapus